bagai hilang kesadaran aku lakukan
menjejerkan jutaan kalimat dalam kemayaan
tentang suka,luka,doa dan harapan
etape antara nyata dan maya di tipiskan

Kala sebujur tubuh merasakan sakit
kalimat piluku ikut menjerit
berharap segelintir orang merabit
hanya kekosongan yang kemudian terbit

saat pedis mengiris di qalbu
ku jabarkan bahasa sembilu
hanya agar orang yg melukai tahu
seberapa hancurnya diriku

ketika datang lembut asmara
ku deretkan ribuan kali satu nama
agar semua dapat mengeja
hati sedang gundah gulana

suatu hari saat sistem mengelabui
kuhadapkan runcing kata invasi
tanpa melakukan satu aksi
membangun nyata sebuah revolusi

lama aku tertidur pulas
persaudaraan yang nyata teretas
sibuk membagi semua masalah pada tepas
jejaring sosial si penyamun waras

kini aku mulai bangun
sosial absolut kembali terbangun
merubah kelakuan bocah bau dasun
lekas bermanuver tak hanya diam dalam garnisun

Bandung , 15 Januari ’14