Untuk dzat yang sering ku akui tuhan
Dengan tanpa sepenuhnya menghamba
Aku tadahkan seluruh jari yang tak ku punya
Ketika segunuk daya menetes pelan berharap keadilan
Kalah telak di peradilan yang menentu oleh uang
Agar apa tuhan?
Keangkuhan bertatah kemewahan si pencari kekayaan Kau biarkan
Hingga sisihkan para pedagang yang hanya mencari makan
Agar apa?
Berpetak lahan untuk kehidupan sewajarnya
Terbakar ambisi pengakumulasian kekayaan pemodal
Takan ada keberanian untukku menyerapahi-Mu
Hanya berbatalion tanya ku hadapkan
Laksana mereka dengan aparat dan para imamnya
Setiap tanyaku adalah hak yang kemudian terjarah jua
Oleh tuhan selainmu yang maha kaya namun durjana
Jauh sebelum tanya kubangun dari jerami nurani
Angin telah kucoba jadikan atap
Tak luput api ku coba jadikan dinding
Namun kuasanya begitu maha
Angin, air maupun api dapat terbeli
Hanya ini yang tersisa, Jerami
Setangkai jerami yang mencoba berbuah padi
Kemudian merunduk untuk mengagresi
Laku hama sawah penghancur habibatnya
Dias nurhadias
Bandung, juli ’14