Sungguh sepi adalah sang guru
Yang sesekali Memaksa mengajariku memaknai nada damai detak jantung
Hampir kuhapus perlahan untuk sejenak menapaki keramaian
Namun jantungku semakin menggila
Kembali lontarkan denyut penuh murka
Menggertak hardikan berulang “dimanapun tuhan bersamamu”
Tuhan di jantungku
Memperkenankan seluruhku beroperasi
Tangisku berubah dari rindu menuju merasakan hadir-Mu
Memang pernah ku sadari
Tak ada sebenarnya sepi
Namun kini benar aku mengerti
Jantung, nadi, darah seluruhnya hidup menemaniku
Hingga batas akhir kematianku
Atas ijin-Mu
Keteringatan ku terhadap-Mu
Selalu saja berbibit kata yang kemudian berbuah sajak
Ketakutanku, syukurku, kesedihanku, marahku
Hanya dapat ku ungkap dengan sajak
Mohon maaf-Mu Tuhan atasku dalam semua sajak
Cijerah 28 agustus 2014