Seperti kilat kau menari riang menelanjangiku
dihadapan juta tetes hujan yang tak ingin berlalu saja
dingin bertaring mengalir cicipi kulitku
perlahan namun sungguh menyakitkan
kiranya siapa yang pantas ku panggil namanya?
sementara kau berbagi kisah baru tentang cintamu
aku tahu! rindumu itu sebuah payung butut
sementara hujan semakin bersemangat berdansa
aku tak butuh hangat yang hanya sekejap
setelah payungmu rubuh terhujam
gigilanku akan semakin menggila
lebih baik aku membiasakan diri di kedinginan tanpa kerinduanmu
redakan hujan ini dengan rindu yang utuh
balut tubuhku tidak dengan cabir janjimu
jika kau tak mampu atau tak mau, jangan telanjangiku aku!
jangan telanjangi aku!
pernah kau ceritakan padaku sedihnya berdiri diantara deras hujan?
aku ikut menggigil dan mencoba berikan balutan
kau terlihat hangat berada di lingkar tanganku
bahkan kita hampir bersetubuh saat itu
untuk sekedar obati dinginmu
dan kini kau buatku sepertimu dahulu
pula kau telanjangi aku dengan sempurna
aku basah kuyup dan tiada sehelai pun sudi menghangati
tolong, jangan telanjangi aku (lagi)
kamar gelap, Bandung 13 November ’14
Dias Nurhadias