Entah, kurasa banyak yang berubah dari beberapa kawan sejalan saya, semangat yang berbeda kini berhamburan mulai merontokan semangat-semangat lama. Entah kami “pasalnya bukan hanya saya yang merasakannya” yang berubah haluan atau kawan-kawan kami yang kuat. Maka, Ijinkan saya berbicara tentang perasaan saya setelah berada diantara kalian beberapa bulan ini.
Kekeluargaan yang saya banggakan dari kalian kian tak terasa lagi, seiring membesarnya kolektif kita entah kenapa kontrol-kontrol luar dalam juga mulai membesar lahirkan sebangsa hirarki dalam sikap yang mungkin kawan-kawan anggap sepele. Tradisi pemerintahan melekat, suruh-menyuruh mulai di maafkan bahkan dibudi-dayakan tanpa pembagian tugas yang sama dan tanggung jawab yang sama pada semua orang di kolektif kita.
Kebanggaan terhadap komunitas sendiri distagnasi dengan pemujaan berlebih kepada orang-orang lain dan komunitas-komunitas lain. Komunitas yang sekarang membesar kuantitasnya perlahan mengecil kekuatannya. Saran-saran dari orang/komunitas besar kau amini tanpa di telaah bersama untuk disepakati, sedangkan saran dari orang-orang yang berada di dalam komunitas dengan cepat kalian tolak tanpa pertimbangan. Persis seperti tindakan usang peradilan di negara ini yang lebih mengampuni maling kelas kakap. Mari bertindak kontra kepada semua sistem yang melucuti kekuatan pertemanan dan kekeluargaan, beri ruang semua orang untuk bicara. Jika bisa diterima, mari cari alasan diterimanya saran menurut kita dan juga sebaliknya.
Kita seharusnya tetap menjadi kita, yang menyatakan sikap seperti menolak tindakan represif dalmas kepada kawan kita, dalmas yang konon ingin menciptakan stigma masyarakat terhadap kawanan yang berdandan seperti kita di ulang tahun kota bandung tahun lalu dengan cara mendandani mobil polisi dengan cat semprot dan pecahan kaca di kursi kendali. Tak usah memperbaiki citra dengan memposisikan nama itu dalam daftar militan kiri setara zapatista , bukankah kita pernah berbincang nama hanya sebatas identitas untuk melakukan perkenalan dengan orang-orang baru?. Lantas kenapa sekarang nama itu harus menjadi alasan bergeraknya kita?. Saya ingin berkata, bertindak dan bersikap bukan atas nama siapapun. Aku memperjuangkan hak sendiri, sisanya hanya berempati seperti kepada kawan-kawan di karawang, rembang, papua, pandang raya, kopo dan semua bentuk penindasan yang saya ketahui. Tanpa meluputkan perhatian pada sikap-sikap pribadi yang mempengaruhi sikap komunitas ini.
Saya malu jika hanya mampu sekedar berosasi sembari menarikan ancaman di depan singgasana pengusa sedangkan kekuatan kecil saya digunakan untuk menguasai. Saya malu melakukan penyadaran dalam vandal dan meminjam dinding kota sedangkan saya tidak sadar dengan apa yang saya lakukan memenggal hak orang berbicara. Saya malu membagikan dan memakai kalimat revolusi beserta circle a sedangkan sikap saya sama sekali tidak memperlihatkan solusi untuk perubahan. Saya malu menghujat pemodal serakah sedangkan masih gengsi memakai pakaian hasil sablon sendiri. Ini tentang sikap kamerad, sikap yang bisa kita jadikan pondasi untuk terjadinya perubahan yang kita impikan di ranjang yang berbeda.
Ini saya, yang bukan sedang menggurui ikan berenang, saya akui lebih banyak buku yang kawan-kawan baca, lebih banyak yang kawan-kawan sudah lakukan dibanding saya. Anggap saja ini hanya gonggongan ayam petelur yang masih ingin berharapan memiliki ciak. Jika ini salah, mohon kemaklumannya untuk semua kebodohan yang saya lakukan di catatan ini. Selamat berjuang kamerad! Melawan apa saja yang mengganjal hidupmu.