untukmu satu guratan rindu
dengan bosan tentangmu aku adu
alam menganga tidakkah dungu?
belah bibir kelelahan memcumbu
syair-syair di buram memoar
nada sumbang cengkram mengakar
serapah yang lapar keluar sangkar
semakin diam, semakin liar
anaking jimat awaking
penaku tak mampu tergeming
teteskan kecup di sempit kening
menghela tetes nada ayun ambing
wahai engkau segumpal butiran darah
dari lubang suci yang tak terjarah
juga dari kalimat mulutmu yang meremah
kunanti kembali di perjumpaan yang entah
sungguh ini semua bukan keinginan
kita memang miskin akan kepastian
namun kita harus mampu berjalan
kutunggu engkau dengan langkah pelan
dua pasang mata sempat menyaksi
ujung kereta yang cepat pergi
kepal tanganmu menusuk jemari
janji di hati terlontar memburu saksi
19 Desember 2014