Awal ketertarikan saya membaca zine hari sabtu kemarin pra berkumpul di sebagian kerumunan Taman Cikapayang. Perpustakaan Jalanan begitulah tulisan carut marut yang terpampang berhadapan dengan buku dan zine diatas hamparan sederhana, kesederhanaan itu dengan sadar adalah pencipta kehangatan diantara kita. Tak sia-sia kami menunggu terselenggaranya perpustakaan itu dengan menghabiskan beberapa kontinum nikotin.
Beberapa kawan terlihat menancapkan mata pada buku di tangannya, sebagian sibuk mengurusi perapian dan saya hanya memperhatikan sesekali mengobrol berbagi jurus sablon dengan orang-orang yang lebih lihai dalam bidang tersebut.
Buku hasil pembendaharaan Perpustakaan Jalanan bebas kalian baca dan copy, Teh Kenyot dan Ranginang ala Sengkarut Imaji bebas kalian cicipi, kopi oleh-oleh dari dalang bubblebloods bebas kalian minum dan masih ada lainnya yang gratisss termasuk pemandangan mojang-mojang bandung yg bikin saya pengen ke WC umum . . . 🙂

Taman Cikapayang , 21 September 2013
Awalnya ssaya cuman baca-baca covernya sekalipun buka halaman lain cuman liat gambarnya karena saya pikir ga bakalan cukup waktu kalo harus baca buku yang lebih dari 10 halaman mana banyak bahasa yang engga ngertinya juga “maklum saya jarang baca meskipun suka nulis” . Karena pengen juga pulang tidak sekedar bawa bacot ,saya cari deh buku yang tipis alasannya biar lebih efisien saja meskipun masih abu-abu mengenai makna yang di baca.
Singkat cerita , karena mulai larut dan juga posisi muka sudah tidak lagi pada porosnya. kami pulang membawa kehangatan yang luar biasa bersama tumpukan angan kami agar terlibat langsung di dalam lingkungan itu. Saya tunda angan itu untuk di bicarakan bersama kamerad-kamerad yang kami juluki Sindikat Kiri.
Hari ini saya tertarik untuk membaca Sub Chaos Zine #10 dari judulnya terlihat menarik mungkin karena berkaitan dengan apa yang saya jalani. Mari Membaca !