Tag

Dalam iman yang semakin lusuh
Ku susur tapak tilas kujurku
Syukur yang terlupa dengan sengaja
Yang terburam kelam jutaan senja

Tak dapat ku hitung meski tlah kucoba
Hanya tergamblangkan oleh usia
Rasa malu lalu menepi tanpa memasang pelana
Tanpa progesifitas yang nyata
Segala acap terpesona oleh setitik yang fana

Kali ini pengulangan terjadi
Syukur hanya tertutur dan menjelma
Menjadi sajak racau pengobral sesal
Sedang aku masih tak bosan terdiam

Sajak ini hanya pengumbar rasa
Yang berkecamuk menakar benak
Saat ini bahagia tak terungkap sedang kurasa
Bahagia tlah kutemui wanita penyayang yang teramat penyabar
Bahagia teranugerahi laba seorang anak yang belum genap setahun
Yang begitu kucintai melebihi kecintaanku kepada ibunya

Namun ketika takbir mengawali kumandang adzan
Sajak ini tetaplah sajak
Syukur inipun tiada beda
Tak berubah menjadi kalimah hamdallah

Tuhan… Untuk saat ini
Inilah caraku berterimakasih
Bila caraku keliru
Bimbing aku dengan kemahaan-Mu
Untuk menapaki jalan kebenaran-Mu

Tjidjerah, 17 Juli ’14
Separuh djedjak manoesia pendosa
Dias Nurhadias