Gemericik air mata memugar luka
Terkisah sang buyung nan murung
peluki lutut beralaskan merah tanah
altar persegi panjang ditatapnya
kadang terburam oleh air matanya
segerombol orang seperti tirai hitam
kerumuni isak yang tak inginkan berhenti
kata sabar berlalu lalang menghampiri
buyung murung tak peduli
siang itu memaksa buyung menjadi mandiri
ditantang rongkah dunia berbelati
doa-doa mungil acap terucap
doa yg patah hasil mengaji petang kemarin
cahaya ditatapnya lebur serupa senja
ketakutan menyaingi harum minyak duyung
ayahanda sang buyung terlelap tak bernyawa
semakin mencabik luka di dalam dada